Call You Mine (Part 2)

“Apa dia tidak akan datang?” Luhan kini berada di airport untuk mengantar kepergian Kris.

“Entahlah, kemarin malam dia bilang akan mengusahakan untuk datang.”

*flashback*
Kris mengantar Hyeri pulang, sama seperti saat pergi tadi tidak ada yang berbicara sampai mobil Kris tepat berhenti di depan rumah Hyeri. Hyeri segera turun dari mobil namun dengan cepat tangan Kris memegang lengannya.

“Besok kau akan mengantarku kan bersama Luhan?”

“Akan aku usahakan, besok sore aku ada jadwal kuliah” tangan Kris kini tak lagi menahannya, tapi Hyeri masih duduk disamping Kris.

“Oh iya, ini hadiah ulang tahunmu dariku. Aku tidak tahu akan cocok untukmu atau tidak. Aku bingung ingin membelikanmu apa dan kebetulan kemarin aku sedang jalan-jalan dengan temanku dan melihat syal itu.” Hyeri memberikan syal buatannya pada Kris. Ia tidak berani mengatakan yang sebenarnya, jika syal itu buatan Hyeri sendiri. Tadinya Hyeri akan memberikan syal itu saat ia sudah menyatakan perasaannya. Namun keadaan berkata lain, Kris akan pergi meninggalkannya.

Hyeri turun dari mobil dan tanpa berbalik ia langsung berjalan meninggalkan Kris yang masih menatap punggung Hyeri. Hyeri enggan membalikkan badannya karena dengan sekuat tenanga ia berusah untuk tidak terdengar Kris jika ia sedang menangis.
*flashback end*

Kris menatap syal pemberian Hyeri lalu tersenyum sesaat. Ia tahu jika gadis itu berbohong, tapi ia tidak ingin berharap terlalu jauh. Mungkin dengan kepergiannya bisa memberi gadis itu cukup waktu untuk berfikir.

Pengeras suara mengumumkan penerbangan Kris telah dibuka. Kris melihat kearah gerbang masuk sekali lagi, berharap Hyeri datang mengantarnya. Luhan juga sama, melihat kearah gerbang masuk. Tapi tidak ada tanda-tanda kedatangan gadis itu sampai sekali lagi pengumunan pesawat yang membawa Kris pergi bersuara.

“Kemana anak itu? Sudah kutelepon berkali-kali tidak diangkat” Luhan sibuk menelepon Hyeri yang tak kunjung dijawab.

“Sudahlah. Mungkin dia masih di kampus, lagi pula aku harus segera berangkat. Aku percayakan dia padamu.”

Luhan hanya mengangguk menyanggupi permintaan sahabatnya itu. Lalu ia menarik Kris kedalam pelukannya, “jaga dirimu baik-baik. Kabari aku jika kau sudah tiba disana.”

Kris berjalan menuju gerbang pemeriksaan tiket, sebelum akhirnya ia masuk kedalam. Tersirat rasa sedikit kecewa karena seseorang yang ia tunggu jusrtu tidak hadir. Tapi ia bersyukur, mungkin jika gadis itu datang, ia akan berubah pikiran dan akan tetap berada disisinya karena sejujurnya ia tidak bisa jauh darinya.

Dari arah gerbang masuk, seorang gadis dengan nafas terengah-engah berlari mencari seseorang. Ia melihat kesekeliling dan terus berlari. Sampai akhirnya ia berpapasan dengan seseorang yang ia kenal.

“Luhan!!” Hyeri berlari mendatangi Luhan yang tengah duduk dikursi tunggu.

“Hyeri? Kau dari mana saja?” Luhan segera berdiri saat mendapati Hyeri yang kelelahan.

“Dimana Kris?” Tanya Hyeri langsung dengan nafas yang belum teratur. Luhan diam, ia tak tega memberitahunya. Hyeri masih menatap Luhan menanti jawaban tapi Hyeri tahu bahwa Kris sudah pergi. Ia hanya ingin memastikannya.

“Dia sudah pergi.”

Hyeri diam, tidak ada respon dan tatapannya kosong entah kemana, nafasnya mulai teratur. “Aku terlambat ya?”

Perlahan Hyeri bangun dari duduknya, “ayo kita pulang” ia berjalan meninggalkan Luhan yang masih mematung. Menyadari Luhan tak bergeming dari tempatnya, Hyeri berbalik menatap Luhan, “mau sampai kapan kau diam disana? Antarkan aku pulang kerumah, tadi aku kesini naik taksi.”

Luhan mengerjapkan matanya, menyadari ada yang aneh dengan sahabatnya itu lalu mengikuti Hyeri dari belakang. Ia tahu Hyeri tak mungkin bisa setenang itu, tapi ia putuskan untuk tidak menyentuh titik tersebut. Biarlah sahabatnya itu seperti ini, setidaknya sampai mereka menemukan tempat yang tenang.

Selama diperjalanan, Luhan sesekali melirik kearah kursi penumpang disebelahnya tempat Hyeri duduk. Ia perhatikan ekspresi sahabatnya, datar, hanya itu yang terlihat. Hyeri tengah memandang lurus kedepan dengan tatapan yang sangat terlihat jelas hampa. Luhan bisa tahu itu semua, karena sebelumnya ia tidak pernah melihat sahabatnya seperti ini.

Mobil Luhan berhenti tepat di depan gerbang rumah Hyeri. Ia melirik sabahabatnya sekali lagi, “Hyeri-ya” ujar Luhan namun tak ditanggapinya. Hyeri masih memandang lurus kedepan.

Perlahan Luhan menyentuh pundak Hyeri. Mata Hyeri mengerjap sekali dua kali lalu melihat kearah Luhan.

“Sudah sampai? Terima kasih Luhan” Hyeri hendak membuka pintu mobil, namun Luhan menahan lengannya.

“Kau tidak apa-apa?”

Dari sorot mata Luhan, Hyeri tahu kalau pria ini sangat mengkhawatirkannya. Namun ia tidak ingin membuat sahabatnya cemas. Hyeri mengusahakan sedikit senyum, “aku baik-baik saja Luhan,” ia lepaskan tangan Luhan yang masih memegang lengannya, lalu perlahan keluar dari mobil dan pergi meninggalkan Luhan.

Luhan tahu bahwa Hyeri saat ini sedang ingin menyendiri, maka dari itu ia tidak mengikuti Hyeri ke rumahnya. Ia putuskan untuk tetap menunggu Hyeri dari dalam mobilnya untuk berjaga-jaga jika gadis itu membutuhkannya.

Baru selangkah Hyeri memasuki rumahnya dan ketika itu juga kakinya tak mampu lagi menopang tubuhnya. Ia duduk lemas terkulai dibawah lantai. Ia keluarkan ponselnya berniat menghubungi Luhan, namun saat ia menatap background ponselnya yang menampilkan sebuah foto dirinya dan Kris saling sedang merangkul membuat air matanya jatuh tak tertahan lagi.

Luhan membuka pintu rumah Hyeri membuat Hyeri terkejut dengan kehadirannya. Ia berjongkok mensejajarkan dirinya dengan Hyeri. Ia tarik Hyeri kedalam pelukannya yang masih menangis, ia belai rambutnya perlahan, mencoba memberi ketenangan.

“Kenapa kau menangis?”

Tidak ada jawaban, Hyeri masih terus terisak dalam pelukan Luhan. Luhan membawa Hyeri menuju kamar Hyeri yang terletak dilantai 2. Ia dudukkan Hyeri dipinggir ranjangnya. Luhan berlutut dihadapan Hyeri, menangkup wajahnya.

“Kau tahu, kau terlihat jelek saat menangis. Kris pasti tidak suka jika melihatmu seperti ini” Luhan mencoba membuat Hyeri berhenti menangis. Meskipun usahanya gagal, tapi setidaknya Hyeri bisa tersenyum disela-sela tangisnya.

“Berhenti menangis, atau kufoto wajah jelekmu ini biar Kris lihat” Luhan mengeluarkan ponselnya menakut-nakuti Hyeri. Dan untung kali ini berhasil. Hyeri sudah tidak menangis lagi. Luhan merapihkan rambut Hyeri yang tergerai berantakkan, menghapus sisa-sisa airmatanya.

“Kenapa kau menangis?” Luhan mengulangi pertanyaannya lagi. Hyeri menundukkan kepalanya lalu menggeleng menanggapi pertanyaan Luhan.

“Apa aku perlu menghubunginya sekarang?”

“Tidak!! Biarkan saja. Dia pergi karena ada keperluan. Aku tidak mau mencegahnya. Lagi pula aku masih belum yakin dengan keputusanku. Jangan beri tahu dia tentang semua ini, biar nanti aku yang mengatakannya”

“Masih ada aku yang akan menemanimu, jangan sedih lagi, oke?” Luhan membelai pipi Hyeri lembut. Mereka berdua tersenyum.

“Terima kasih Luhan.”

5 bulan berlalu semenjak kepergian Kris ke Kanada yang seharusnya hanya 1 bulan. Kris menjelaskan alasan ia masih harus menetap disana pada Hyeri dan gadis itu memakluminya. Padahal tinggal beberapa hari lagi menjelang hari ulang tahunnya. Hyeri sempat kecewa karena ia tidak terbiasa merayakan ulang tahunnya tanpa Kris. Namun dengan adanya Eunsae, teman kerjanya dan Luhan sedikit menghilangkan rasa kecewanya.

Hari berganti hari dan tanpa terasa hari ulang tahun Hyeri tinggallah esok. Luhan merencanakan pesta kejutan bersama Eunsae untuk Hyeri. Mulai dari memesan kue hingga tempat diadakannya pesta. Bukan pesta besar, hanya sebuah acara makan-makan bersama, itupun hanya mengundang beberapa teman dekat. Luhan tahu Hyeri tidak menyukai pesta besar.

Sementara Hyeri, ia menyibukkan dirinya dengan pekerjaan. Masalahnya, jika ia melamun sedikit, pikirannya langsung tertuju pada Kris, ia sangat merindukan Kris. Maka dari itu ia dengan giat bekerja. Ia bahkan lupa jika besok adalah hari ulang tahunnya.

“Malam ini kau ada acara tidak?” Eunsae dan Hyeri kini sedang menyantap makan siang mereka disebuah cafe bernuansa pedesaan.

“Aku hanya menemani bosku menghadiri rapat sore ini, lalu tugasku selesai.” Hyeri menjawab dengan mata tertuju pada layar notebooknya.

“Baguslah, temani aku berbelanja malam ini yah. Akan ada diskon besar di mall pusat kota.” Hyeri mengalihkan pandangannya dari notebook miliknya dan menatap Eunsae yang asik menyantap makan siangnya.

“Kau ini hobi sekali berbelanja sih” Hyeri menyeruput minumannya sedikit dan kembali fokus dengan kegiatanya.

Tiba-tiba datang seorang pria menghampiri meja mereka dan langsung duduk lalu meminum habis minuman Hyeri dan dengan santainya pula mengambil makanan Eunsae.

“Haaaa, kenyang”

“Luhan, kau bisa bilang dulu kalau mau ambil makanan sesorang” Eunsae menatap Luhan kesal lalu melahap makanan yang tersisa dipiringnya, takut Luhan memakannya lagi. Hyeri hanya menggeleng melihat tingkah sahabatnya itu.

“Pantas saja kau belum punya kekasih sampai sekarang” ledek Eunsae.

“Kau yang akan jadi kekasihku nanti” balas Luhan.

“Aku? Hah?! Kau bercanda. Aku tidak akan mau jadi kekasihmu”

“Eiyy, hati-hati jika bicara, kau bisa jatuh cinta padaku suatu hari nanti” Luhan terus menggoda Eunsae. Hyeri tahu jika sahabatnya itu memang menyukai Eunsae, tapi ia belum mau mengungkapkannya. Alasannya karena Luhan berjanji pada Kris untuk menjaga Hyeri.

Hyeri yang lelah mendengar pertengkaran antara dua sahabatnya itu tidak kunjung usai memilih meninggalkan mereka berdua. Lagipula jam makan siangnya telah usai dan perkerjaan kembali menantinya.

“Kau mau kemana?” tanya Eunsae yang melihat Hyeri memasukkan notebooknya kedalam tasnya.

“Aku harus kembali bekerja, kalian lanjutkanlah bertengkarnya” Hyeri bergegas pergi.

“Yah, tunggu aku” Eunsae berniat mengejar Hyeri namun lengannya ditarik Luhan memaksanya kembali duduk, “apa lagi?” tanya Eunsae ketus.

“Kau sudah atur bagaimana caranya dia pergi ke tempat itu?”

“Oh iya!! Sudah, nanti malam kami akan berbelanja di mall dekat-dekat situ” Eunsae berkata antusias kemarahannya pada Luhan hilang entah kemana.

Malam yang ditunggu pun tiba, Eunsae dan Hyeri berbelanja bersama menunggu pergantian hari.

“Hyeri-ya, aku lapar temani aku makan ya. Dekat-dekat sini ada cafe yang punya menu sangat enak”

“Ayo, aku juga lapar” Hyeri berjalan mengikuti Eunsae menuju cafe di sebrang mall.

Eunsae membuka pintu cafe tersebut, terdengar bunyi bel saat pintu dibuka dan saat itu juga..

“Happy birthday Hyeri, happy birthday Hyeri, happy birthday Shim Hyeri, happy birthday to you”

Alunan lagu selamat ulang tahun mengisi ruangan di cafe tersebut. Hyeri yang terkejut hanya bisa menutup mulutnya, tidak bisa berkata apa-apa. Luhan membawa sebuah kue ulang tahun ditangannya, berjalan mendekati Hyeri dan Eunsae yang sudah berada disamping Luhan.

“Tiup lilinnya sekarang” ucap Luhan.

“Jangan lupa make a wish dulu” tambah Eunsae.

Hyeri memejamkan matanya, membuat sebuah permintaan. Ia buka kedua matanya dan meniup lilin-lilin tersebut lalu suara tepuk tangan menghiasi telinga Hyeri. Ia tersenyum sangat senang.

“Kau senang?” tanya Eunsae yang duduk di sebelah Hyeri.

“Sangat senang. Bahkan aku lupa kalau hari ini ulang tahunku”

“Makanya kau jangan sibuk kerja terus” ucap Luhan yang kini juga duduk di samping Hyeri.

“Kalian berdua yang merencanakannya?” Hyeri bergantian menatap Eunsae dan Luhan. Mereka berdua mengangguk, “terima kasih.”

“Ayo kita kesana, teman-teman yang lain menunggumu” ajak Eunsae.

“Kau saja duluan, nanti aku menyusul” tolak Hyeri halus.

“Baiklah. Aku kesana dulu ya” Eunsae pun pergi meninggalkan Luhan dan Hyeri.

“Kau senang bukan?” tanya Luhan, pertanyaan yang sama seperti Eunsae. Namun kali ini Hyeri tidak menjawab, hanya tersenyum kecil.

“Rasanya aneh dan kurang lengkap jika tidak ada dia. Apa dia sudah menghubungimu?”

“Belum. Mungkin dia sibuk” Hyeri menundukkan kepalanya. Genangan air mata sudah dipelupuk matanya siap turun kapanpun. Harus ia tersenyum senang, bukan malah ingin menangis. Tanpa bisa ia cegah, airmatanya turun dengan sendiri.

“Hey, kenapa menangis?” Luhan menghapus airmata Hyeri dengan jemarinya. Ia menanggkup wajah Hyeri, menatap matanya dalam.

“Aku…merindukannya Luhan” ujar Hyeri disela tangisnya. Ia tak bisa menghentikan airmatanya yang terus jatuh. Ia sandarkan kepalanya dibahu Luhan.

Luhan mencoba menenangkan Hyeri, ia membelai lembut rambut Hyeri”Awas saja kalau dia kembali nanti, akan kubuat dia menangis sepertimu”

“Yah Luhan!! Kenapa Hyeri menangis? Kau apakan dia?” Eunsae datang menghampiri mereka ketika melihat Hyeri dalam pelukan Luhan dan terisak.

Sebenarnya Eunsae sedikit cemburu melihat kedekatan mereka. Eunsae menyukai Luhan saat pertama kali bertemu, namun melihat Luhan yang selalu saja menempel kemanapun Hyeri pergi dan cara Luhan memperhatikan gadis itu membuat Eunsae enggan mendekati Luhan. Ia berpikiran Luhan dan Hyeri adalah sepasang kekasih, meskipun Hyeri sudah bilang berkali-kali padanya kalau mereka berdua hanya sahabat.

“Hyeri-ya, kau kenapa menangis? Apa Luhan menyakitimu? Hah?”

“Enak saja!! Mana pernah aku menyakitinya!!” balas Luhan yang tidak terima dengan perkataan Eunsae.

“Aku tidak apa-apa, aku hanya terlalu senang sampai ingin menangis. Ayo kita berkumpul bersama yang lain” Hyeri menarik Eunsae dan Luhan menuju kumpulan teman-temannya.

Dan malam itu Hyeri habiskan waktunya untuk bersenang-senang. Toh pesta ini diadakan untuknya. Dan untuk saat ini Hyeri ingin melupakan pria itu untuk sesaat.

Siang hari itu, Hyeri berjalan menyusuri taman tempat biasa ia bermain sewaktu kecil. Duduk diayunan seorang diri, mengenang masa kecilnya kembali. Karena ini hari libur, jadi banyak anak kecil yang bermain di taman ini. Ia melihat seorang gadis kecil dan dua teman lelakinya sedang bermain di taman berpasir membangun sebuah istana pasir. Ia teringat akan masa lalunya, saat ia Luhan serta Kris bermain bersama.

“Kau disini” suara Luhan mengejutkan Hyeri.

“Kau selalu saja mengejutkanku” Hyeri melirik Luhan sekilas lalu kembali fokus pada 3 anak kecil tadi.

“Mereka seperti kita dulu ya” ujar Luhan. Hyeri menatap Luhan yang kini melihat ke 3 anak kecil yang sedari tadi Hyeri perhatikan lalu ia tersenyum.

“Ya” jawab Hyeri singkat.

“Apa dia sudah menghubungimu?” tanya Luhan. Hyeri tahu siapa yang Luhan maksud, ia hanya menggelengkan kepalanya.

“Wah, benar-benar orang itu. Lihat saja kalau dia pulang nanti”

“Biarkan saja. Mungkin dia lupa” ucap Hyeri lemah.

Kris belum menghubungi Hyeri semenjak 3 hari yang lalu, bahkan ia tidak mengirimnya pesan sama sekali tidak mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Hyeri kecewa, sangat kecewa. Satu-satunya orang yang dia harapkan ada disaat terpentingnya tidak disisinya.

Luhan menarik tangan Hyeri hingga ia bangun dari ayunan, “ayo kita jalan-jalan. Hari kau boleh meminta apapun dariku sebagai hadiah ulang tahunmu”

Siang itu Luhan dan Hyeri menghabiskan waktu liburan dengan jalan-jalan disekitar taman dan bermain sepeda. Ia tidak ingin melihat wajah Hyeri kembali sedih, maka sebisanya ia buat Hyeri lupa akan Kris.

“Malam ini kau tidak ada acara kan? Temani aku ketempat biasa yah. Akan ada live perform nanti malam” ajak Luhan ketika mereka sedang duduk di pinggir taman. Hyeri mengangguk menerima ajakan Luhan, “nanti malam aku jemput jam 7. Kau harus berdandan yang cantik, oke?” Hyeri tertawa menanggapi perkataan Luhan.

Malam harinya, jam 7 tepat Luhan menjemput Hyeri. Dan benar saja Hyeri sangat cantik dimata Luhan malam ini. Selama diperjalanan, mereka berdua berbincang santai sesekali diselingi tawa Hyeri dan Luhan. Luhan melirik Hyeri sekilas ketika Hyeri tertawa mendengar ceritanya, inilah yang diinginkan Luhan, kembalinya Hyeri yang ceria seperti dulu. Dan mulai malam ini, Luhan tidak akan melihat Hyeri bersedih lagi.

Sesampainya dicafe tersebut, Luhan langsung menuju tempat duduk favoritnya bersama Hyeri. Seorang pelayan menghapiri meja mereka dan memberikan buku menu pada Luhan dan Hyeri.

“Hanya berdua saja? Kemana yang satu lagi?” tanya sang pelayan.

“Mungkin dia sedang berenang dilautan” sahut Luhan tak acuh sambil membalik buku menu ditangannya, “jam berapa kau tampil Lay?”

“Mungkin 30 menit lagi. Sudah tentukan pesanan?” pria yang dipanggil Lay itu mengeluarkan buku pesanan dan mulai mencatat apa yang Luhan dan Hyeri pesan, “pesanan kalian akan sampai 10 menit lagi. Selamat menunggu.”

Tidak sampai 10 menit pesanan mereka berdua datang. Luhan dan Hyeri menikmati hidangan mereka dengan alunan permainan piano menghiasi seluruh ruangan. Saat sedang asik mengobrol dengan Hyeri, Luhan pergi sebentar ke toilet, tinggalah Hyeri duduk menyendiri.

Lay, teman Luhan yang bekerja disini sebagai pelayan dan sering mengisi live perform ditempat ini naik ke atas panggung. Duduk dibelakang grand piano putih.

“Malam ini aku akan memberikan penampilan spesial untuk seorang gadis yang berulang tahun hari ini. Dia sahabat dari temanku. Happy Birthday Shim Hyeri” tunjuk Lay pada seorang gadis yang duduk seorang diri.

Hyeri yang mendengar namanya disebut oleh Lay langsung tersipu malu. Semua mata pengunjung tertuju pada Hyeri yang duduk seorang diri.

Alunan suara piano yang lembut yang dimainkan Lay memanjakan telinga pengunjung. Hyeri memejamkan matanya meresapi setiap nada yang Lay ciptakan.

Listen babe,
I’ll dedicate this song for you.

Suara Lay di awal lagu membuat mata Hyeri terbuka dan betapa kagetnya ia saat mendapati Luhan juga berdiri diatas panggung bersebelahan dengan Lay

A really happy you, who is next to me
I waited for today, your birthday

Your smile that looks at me oh
It’s really, really bright
I want to pick those stars for you

Happy birthday to you
My beautiful love
Baby, only for you
Because you’re here, I’m happy
Happy birthday to you
Just like today, forever
Baby, only for you
We’re going to be together

Hyeri tersirih dengan suara Luhan, baru pertama kalinya Hyeri mendengar Luhan bernyanyi seperti ini. Dan suara Lay, pria manis berlesung pipi itu sangat lembut, sesuai dengan dentingan piano yang ia mainkan. Saat lampu sorot tak lagi menyorot Luhan, suara yang tak asing bagi Hyeri terdengar mengalunkan rap lembut. Suara yang sangat Hyeri rindukan selama 5 bulan ini. Suara yang hanya bisa Hyeri dengar ditelepon.

From when I open my eyes till I close them,
I only think of you for the whole day
It’s lonely, a night without you
You, who is like the sunshine that shines through the window
You wake me up and make me smile, you’re special, a bit different

Hyeri bangun dari duduknya, tapi ia tetap diam ditempat. Sebagian hatinya menahan dirinya untuk tidak berlari menghampiri Kris yang kini berdiri tidak jauh darinya. Hyeri menutup mulutnya, menahan agar ia tidak berteriak. Kris tersenyum pada Hyeri disela-sela rapnya. Lalu menatap Luhan yang juga tersenyum pada Kris.

You, who is more important than anything else in the world
Will you accept my heart that I prepared for you

Your smile that looks at me oh
It’s really, really bright
I want to pick those stars for you

Happy birthday to you
My beautiful love
Baby, only for you
Because you’re here, I’m happy
Happy birthday to you
Just like today, forever
Baby, only for you
We’re going to be together

Lovey-dovey, sometimes we argue
I think all night about what I should do to the sulking you
Do you know how my heart tightens
because you might hate me?
To me, there’s no one else but you. You’re the only one that makes me smile

I can see that you’re different even among a group of many people
Your shining eyes, lips
My heart feels at peace when you’re next to me

I thank God for bringing the beautiful you down here
Please stay like this forever, inside me
I will kiss you baby
Happy birthday

Happy birthday to you
My beautiful love
Baby, only for you
Because you’re here, I’m happy
Happy birthday to you
Just like today, forever
Baby, only for you
We’re going to be together

Ketiga pria diatas panggung itu menyihir semua pengunjung dengan suara mereka. Alunan piano sempuran dari Lay, suara Luhan yang nyaris tanpa cela, dan rap Kris dengan suara beratnya yang khas.

Suara tepuk tangan riuh menghiasi seisi cafe, ketiga pria itu membungkuk sedikit memberi salam dan mengucapkan terima kasih. Hyeri masih mematung tak bergerak, tidak percaya dengan yang ada dihadapannya saat ini. Kris dan Luhan perlahan berjalan menuju Hyeri. Luhan langsung duduk ketika ia sampai dimejanya, namun Kris, ia masi berdiri menatap Hyeri yang tengah menatapnya juga.

“Hai” sapa Kris namun tak Hyeri hiraukan. Hyeri terus saja menatap Kris membuat Kris bingung dan canggung. Sedangkan Luhan, dia asik melihat tingkah sabahatnya yang seperti itu dan malah menertawakan Kris.

“Maaf aku tidak bisa menghubungimu seharian ini. Ponselku tertinggal dirumah karena terburu-buru mengejar penerbangan hari ini. Oh iya, Happy Birthday” Kris menjulurkan tangannya tapi tetap Hyeri hiraukan.

“Ah, aku lupa aku harus membayar bill tagihan. Kalian berdua silahkan mengobrol dulu” Luhan bergegas pergi meninggalkan Hyeri dan Kris. Dalam hati Kris memaki Luhan yang tiba-tiba pergi meninggalkannya dengan Hyeri dalam keadaan seperti ini.

Kris mengalihkan pandangannya dari Hyeri, ia tahu pasti gadis itu marah besar padanya tapi ini semua juga karena ia ingin tepat waktu sampai disini.

“Kau tahu, kau adalah satu-satunya orang yang paling kuharapkan pertama kali mengucapkannya untukku” Kris menoleh kearah Hyeri, “aku merindukanmu Kris” lanjut Hyeri.

Kris menatap Hyeri yang kini tertunduk menahan tangis. Ia perlahan menghanpiri gadis itu, memegang kedua bahunya, menarik kedalam pelukkannya. Dan saat itu juga tangis Hyeri pecah. Kris membelai lembut puncak kepala Hyeri.

“Aku juga merindukanmu….sangat merindukanmu” ujar Kris yang kini mempererat pelukkannya dan tidak ingin gadis ini pergi dari sisi nya. Ia tidak peduli dengan tatapan dari para pengunjung yang melihat mereka.

Waktu menunjukkan pukul 11.30 malam, para pengunjung sudah pulang semua kecuali 3 orang yang masih asik mengobrol. Luhan Kris dan Hyeri, ketiga kembali berkumpul bersama dan menikmati waktu mereka saat ini.

“Maaf teman-teman, tapi cafe kami akan segera tutup” ujar Lay menghampiri meja mereka.

Luhan, Hyeri dan Kris mengedarkan pandangan mereka kesekeliling. Tidak ada lagi pengunjung selain mereka bertiga.

“Kemana para pengunjung yang lain?” tanya Luhan.

“Mereka semua sudah pulang, tinggal kalian bertiga saja dan ini sudah pukul 11.30 waktunya kami untuk beres-beres. Kalian bisa lanjutkan obrolan kalian besok disini” Lay berkata sesopan mungkin.

“Baiklah, ayo kita pulang” Luhan berdiri diikuti Hyeri dan Kris, “ah maaf Hyeri aku tidak bisa mengantarmu pulang. Aku janji akan menginap dirumah Lay hari ini” ujar Luhan tiba-tiba.

“Apa? Hey aku ti…aw!!” Luhan buru-buru menginjak kaki Lay dan merangkul nya.

“Ayolah, kau sudah janji padaku mau menunjukkan lagu baru” Lay menatap aneh Luhan, seingatnya dia tidak pernah berjanji pada Luhan.

Namun Luhan menatapnya dengan tatapan ikuti-saja-perkataanku. Lalu Lay menatap Hyeri dan Kris bergantian. Ia mengerti maksud Luhan, “oh iya aku lupa janji itu.”

“Kris, kau tolong antar Hyeri pulang ya” ujar Luhan.

“Oh begitu, ya sudah. Oh iya Lay, terima kasih untuk lagu tadi sangat bagus, aku sangat menyukainya.”

“Itu hadiah untukmu” balas Lay sambil tersenyum memperlihatkan lesung pipinya.

“Akan aku ingat sampai kapanmu. Sampai bertemu lagi Lay” ujar Hyeri.

Kris dan Hyeri berjalan bersebelahan ditemani ramainya tengah kota. Mereka berdua terlihat canggung satu sama lain, padahal didalam cafe tadi mereka berdua biasa-biasa saja. Mungkin karena ketidakhadiran Luhan diantara mereka berdua membuat suasana menjadi seperti ini. Tidak ada yang berbicara, Kris dan Hyeri sama-sama diam hingga sampai di halte bis.

“Kau akan balik lagi ke Kanada?” tanya Hyeri membuka pembicaraan terlebih dulu.

“Kalau papa membutuhkanku lagi, aku akan kembali kesana. Untuk sekarang ini aku akan menetap disini lagi. Kau mau aku pergi lagi?”

“Tidak!!” kata itu langsung keluar dari mulut Hyeri dengan jelas.

“Sepertinya ada yang tidak bisa kehilanganku” Kris menyenggol bahu Hyeri dengan lengannya. Gadis itu melihat kearah lain menyembunyikan wajahnya yang memerah.

“Kau tahu, selama kau tidak ada Luhan selalu menjagaku jadi kalau kamu pergi lagi masih ada Luhan disampingku” Hyeri tidak tahu kalau perkataannya membuat Kris sedikit kecewa.

“Begitukah? Aku sudah menduga sebelumnya kau akan berkata seperti itu. Sekarang aku sudah tahu jawabannya” ujar Kris.

Hyeri bingung dengan perkataan Kris, “maksudmu jawaban apa?”

“Saat hari ulang tahunku” Kris mengingatkan Hyeri saat ia meminta Hyeri menjadi hadiahnya. Hyeri ingat, namun ia pikir Kris lupa akan hal itu.

“Kau mau jadi hadiahku?” Hyeri mengulangi pertanyaan Kris waktu itu. Bukan pertanyaan tapi permintaan.

“Iya pertanyaan yang itu”

“Aku bukan bertanya. Aku meminta hadiahku. Kau mau kan jadi hadiahku?” Hyeri menadahkan tangannya pada Kris.

Kris belum bisa mencerna kata-kata Hyeri, terlalu rumit baginya dan juga cepat, “apa maksudmu?”

“Kriiiisss, aku minta hadiahku. Kau mau tidak menjadi hadiahku?” ujar Hyeri sedikit kesal. Kris masih diam dan itu membuat Hyeri tambah kesal padanya, “kalau tidak mau tidak ap…”

Seketika itu juga Kris menarik tubuh Hyeri kedalam pelukannya, “iya aku mau” ucap Kris. Hyeri tersenyum senang dalam pelukan Kris, ia lingkarkan lengannya dipinggang Kris memeluk balik pria itu.

Kris melonggarkan sedikit pelukannya agar ia bisa menatap Hyeri, “so can I call you mine?”

“I’m yours Kris” balas Hyeri, kemudia mereka berdua saling berpelukan kembali.

“Kris kau tahu, kita ini sedang dihalte bis. Orang-orang sedang memandang kita” Hyeri berusaha melepaskan pelukan Kris namun tidak berhasil.

“Biar saja, toh mereka semua tidak mengenal kita” Kris malah mempererat pelukannya.

“Tapi aku malu Kris!! Cepat lepaskan!!” pinta Hyeri, ia masih berusaha melepaskan diri dan akhirnya Kris melonggarkan pelukannya, memberi jarak antara mereka berdua.

“Kau malu? Aku juga malu, kalau begitu sekalian saja.”

“Apa maksudmu?”

“Maksudku seperti ini…”

Kris merengkuh leher Hyeri dengan tangannya dan dengan cepat mendaratkan sebuah ciuman manis dibibir mungil Hyeri. Sontak Hyeri terkejut dengan yang Kris lakukan, namun Hyeri tidak melawan. Ia justru tersenyum dalam ciumannya.

Dan saat itu juga, lonceng berbunyi menandakan pergantian hari.

*The End*

Note:
Maaf yaa kalo ff nya jelek dan ga jelas banya typo disana sini .. Ini tadinya mau pake lagunya Call You Mine yang Kris bawain sama Lay di ShimShimTapa tapi saya lagi suka lagu nya BAP yang Happy Birthday 😀

4 tanggapan untuk “Call You Mine (Part 2)

  1. DAE TO THE BAK! DAEBAK!! keren endingnya sweet banget!! tumben ini anak bikin yang super sweet kayak gini hehehe *peace akhirnya si bang toyib #eh maksudnya kriss balik lagi, kirain gak pulang2 dia. hahaha keren ka! believe nya dilanjutin dong jangan lupa hehe

    1. hahahaha ga tau nih, otak gue lagi pengen yang sweet sweet XD
      padahal cerita awal nya ga kaya gini 😦

      ff lo juga keren kok, kalah lah ff gue kalo dibandingin sama ff lo 😀

      belive yah? gue usahain deh bisa gue lanjutin..
      lo juga yang the story of us nya dilanjutin penasaran sama hubungan eunsae bakal jadian ga sm kkamjong 😛

Tinggalkan komentar